Jenis Baju Adat Nias dan Filosofinya
Baju adat yang dipakai oleh suku Nias bernama Baru Ohulu untuk yang dipakai oleh laki-laki. Sedangkan yang dipakai oleh perempuan dinamakan Baru Ladari. Baju adat tersebut biasanya berwarna emas atau kuning. Baju ini dalam pemakaiannya dipadukan dengan menggunakan warna lain. Warna lain tersebut diantaranya warna hitam, merah serta putih.
Filosofi Baju Adat Nias
Semua warna – warna tersebut juga memiliki filosofi yang terkandung didalamnya yaitu :
l Warna kuning yang dipadukan dengan corak yang berbentuk segi empat ( Ni’obakola) dan menggunakan pola bunga kapas ( Ni’obowo gafasi). Dalam pemakaiannya baju adat ini sering dipakai oleh para bangsawan. Baju ini menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan serta kemakmuran dan kebesaran.
l Warna merah yang dipadukan dengan menggunakan corak segitiga ( ni’ohulayo/ ni’ogona). Baju ini sering digunakan oleh para prajurit. Baju adat ini juga menggambarkan darah, keberanian serta kapabilitas dari para prajurit perang.
l Warna hitam yang sering dipakai oleh para petani. Baju adat ini menggambarkan situasi kesedihan, ketabahan serta kewaspadaan.
l Warna putih yang sering dipakai oleh para pemuka agama kuno. Baju adat ini juga menggambarkan tentang kesucian, kemurnian serta kedamaian.
Pada zaman dahulu masyarakat Nias belum bisa membuat pakaian yang berasal dari kapas karena belum terdapat pabrik tekstil. Oleh karena itu mereka membuat pakaian dengan memanfaatkan kulit pohon untuk membuat pakaian ataupun menenun rumput.
Baju Adat Laki-Laki
Bentuk dari baju adat laki-laki tersebut adalah rompi warna hitam atau coklat, serta dihiasi dengan menggunakan ornamen yang berwarna kuning, merah dan hitam. Berikutnya adalah baju adat yang dipakai oleh wanita yaitu menggunakan selembar kain yang melilit pada pinggang serta tanpa menggunakn baju atas. Baju ini dihiasi dengan menggunakan gulungan gelang yang terbuat dari kuningan serta anting yang berukuran besar.
Biasanya masyarakat di Nias membuat cawat ( saombo ) dan rompi ( baru oholu) yang dipakai oleh laki-laki berasal dari pohon oholu atau isito. Disamping itu mereka juga menggunakan jaket serta rompi yang mempunyai kualitas rendah. Baju tersebut terbuat dari serat lumpur.
Bukan hanya itu serat isito juga digunakan untuk menenun rok serta kain yang dipakai oleh wanita. Masyarakat suku Nias meyakini bahwa jika menggunakan pakaian yang berasal dari pohon isit maka orang tersebut akan sangat dihormati dan berpengaruh. Katun lembut atau yang dikenal dengan nama afisia niha biasanya akan dipintal serta ditenun yang berfungsi untuk menutupi bagian-bagian tertentu dari kain, walaupun jarang dipakai. Mereka jarang memakai kain tersebut. Alasannya karena bahan kain tersebut sudah sangat langka . sehingga hanya orang-orang dari golongan tertentu saja yang dapat menggunakannya.
Saat ini seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju , bahan hasil tekstil pun mulai bisa dijumpai di Nias. Wanita Nias yang semula tidak menggunakan baju atasan masa kini bisa dilengkapi dengan memakai baju atasan yang terbuat dari bahan kain katun dan blacu. Bahkan tidak hanya itu, masyarakat Nias juga mulai menggunakan warna dalam berpakaian. Selain itu mereka juga mengkombinasikan warna.
Walaupun begitu pada setiap daerah masih terdapat perbedaan dominasi warna. Contohnya adalah perempuan yang berasal dari Nias selatan baju adatnya lebih didominasi dengan menggunakan warna kuning. Ada Lagi perempuan yang berasal dari Nias utara maka akan menggunakan baju dengan dominasi warna merah.
Bukan hanya itu, baju adat Nias juga mempunyai pola dan lambang. Salah satu dari pola dan lambang tersebut adalah deretan corak segitiga yang dinamakan dengan Ni’ohaluyo. Pola tersebut menggambarkan tentang semangat kepahlawanan dari masyarakat Nias. Pola Ni’ohaluyo digunakan dalam acara yang berkaitan dengan budaya yang ada di masyarakat nias. Seperti pada karya batu, ukiran kayu yang terdapat di rumah-rumah tradisional.
Untuk melengkapi tampilan pakaian adat tersebut dipakai juga perhiasan-perhiasan agar tampilan semakin indah. Untuk laki-laki biasanya menggunakan aksesoris yang berupa kalung. Kalung tersebut terbuat dari bahan tempurung kelapa atau bisa juga dengan menggunakan tempurung kura-kura yang dinamakan kalabubu serta hiasan kumis logam. Hiasan-hiasan tersebut biasanya dipakai oleh para pendekar-pendekar. Pendekar tersebut biasanya sudah bisa membuktikan kesaktiannya dalam medan pertempuran.
Sedangkan untuk golongan bangsawan serta kepala suku akan menggunakan hiasan yang terdapat di kepala serta untuk pria menggunakan anting-anting pada telinga disebelahi kanan. Pada masyarakat Nias utara penggunaan anting-anting ini mempunyai ukuran yang cukup besar, sebesar ukuran kepala pria.
Baju Adat Wanita
Para wanita biasanya menggunakan perhiasan yang terlihat unik. Mereka memakai perhiasan yang berasal dari emas, kuningan, tembaga, manik-manik. Ditambah lagi dengan menggunakan anting-anting serta gelang yang berukuran cukup besar dibandingkan dengan ukuran anting-anting pada saat ini. Perhiasan tersebut dinamakan dengan saru dalinga.
Perlu untuk kita ketahui bersama bahwa perhiasan yang ada pada setiap daerah mempunyai perbedaan. Untuk warna yang terdapat pada baju adat Nias seperti merah, kuning serta hitam dirancang sendiri oleh masyarakat Nias.
Itulah ulasan mengenai baju adat Nias dan filosofinya. Baju adat tersebut mempunyai corak dan ciri khas tersendiri yang membedakan dengan baju adat daerah lain. Diharapkan juga kita harus bisa untuk melestarikan kekayaan budaya tersebut atau bisa menerapkannya pada desain jersey yang bisa kamu pesan di jasa jersey printing online maupun offline.